Jurnal
Jumat, 12 Januari 2018
Kamis, 12 November 2015
PERGURUAN TINGGI DAN PROFESIONALISME TENAGA KEPENDIDIKAN (STUDI DI STAISMAN PANDEGLANG)
PERGURUAN TINGGI DAN PROFESIONALISME TENAGA
KEPENDIDIKAN
(STUDI DI STAISMAN PANDEGLANG)
MASRUPI
Kecenderungan perubahan dunia pendidikan masa mendatang selalu melibatkan kehilangan
masa lalu, rutinitas, kenyamanan, dan hubungan. Dampak dari perubahan adalah
pertumbuhan dan perkembangan baik yang mengarah pada hal yang positif maupun
yang negatif. Bila perubahan berdampak positif maka masyarakat menjadi
antusiasme, memiliki kesempatan, dapat mengalahkan tantangan, memperoleh
keterampilan baru, adanya pengharagaan, memberikan kepuasan, bertambah
pengalaman dan timbul minat belajar dan memberikan dorongan motivasi. Sedangkan
yang berdampak negatif, maka masyarakat menjadi ketakutan, timbul kegelisahan,
kehilangan kepercayaan, terserang stress, kebingungan, kehilangan teman dan
jauh dari kelompok, terjadi konflik dan menimbulkan masalah bagi keluarga.
Mahasiswa sebagai Agent of Change diharapkan mampu dan memiliki kompetensi
untuk mengelola perubahan agar tetap maju dalam gelombang perubahan yang
berkesinambungan. Tuntutan paradigma baru pelayanan pendidikan tinggi harus
lebih baik, baru, cepat, sederhana,
murah, terbuka, rasional, profesional,
maju dan mandiri (better, newer, faster, simpler, cheaper, transparant,
rasional, professional, develop, and independent) .
I. pendahuluan
Perubahan kondisi dunia pendidikan di masa mendatang
dalam bentuk kecenderungan persaingan yang makin ketat, masuknya pesaing baru dari negeri jiran baik negara berkembang
maupun negara maju yang juga melaksanakan program pendidikan, berubahnya
tingkat ekonomi masyarakat, perubahan
IPTEK dengan cepat, akan mempengaruhi secara langsung terhadap kondisi pembangunan di Indonesia.
Bidang pendidikan kita yang rapuh dan kurang mampu bersaing secara
global akan terancam eksistensinya, dan hanya lembaga pendidikan yang memiliki
keunggulan bersainglah yang dapat diharapkan akan mampu bertahan dan meraih
kesuksesan.
Oleh karena itu , reformasi dunia pendidikan
merupakan hal yang sangat mendesak untuk dilaksanakan dan mengidentifikasi
jenis-jenis pendidikan yang dapat dijadikan unggulan di masa mendatang.
Analisis yang dilakukan dengan memperhatikan semua faktor yang ada yang dapat
dimanfaatkan untuk menciptakan program pendidikan yang mampu bersaing, baik
lulusan yang dipasarkan di dalam negeri
maupun mencari dunia yang lebih besar.
Tampaknya akan
ada glombang besar berupa munculnya perkembangan dan tuntutan ide budaya
global, seperti kemajuan pada bidang teknologi di berbagai sektor. Masyarakat sebagai
Sumber Daya Manusia harus mampu menggunakan, memberdayakan, mengembangkan
bahkan menciptakan bidang teknologi tersebut untuk kemaslahatan umat. Hal ini
berarti bahwa perkembangan tersebut bisa dikuasai warga masyarakat apabila warga masyarakat tersebut sudah
mengikuti pendidikan yang sistematis, inovatif, dan kreatif.
Bersamaan
dengan itu perlu ditingkatkan kemampuan lulusan pendidikan untuk dapat menghasilkan produk unggulan bernilai tambah yang tinggi
dan padat keterampilan. Dengan demikian program kegiatan pendidikan perlu untuk
tetap memanfaatkan keunggulan komparatif yang dimiliki, namun bergerak menuju
penciptaan keunggulan kompetitif yang dinamis.
II. Konsep Daya Saing
Keunggulan daya saing suatu lembaga
pendidikan dapat diperoleh melalui pemenuhan sifat produk sebagai berikut:
1) Harga lebih
murah;
2) Kualitas lebih
baik dan diferensiasi;
3) Kualitas
layanan prima (lebih cepat, baik, baru, sederhana dan murah).
Keunggulan kualitas pendidikan dapat dilihat dari sisi
yang lebih luas seperti halnya citra lembaga pendidikan, citra keandalan lulusan,
pertimbangan psikologis pangsa pasar dan sebagainya.
Faktor-faktor yang dapat mendukung terciptanya keunggulan
daya saing suatu program pendidikan terdiri dari banyak hal dan dapat
dikelompokkan pada 4 faktor utama, yaitu:
a. Faktor kondisi dasar;
b. Faktor kondisi permintaan pasar domestik;
c. Faktor kondisi pendukung lembaga pendidikan;
d. Faktor kondisi struktur lembaga pendidikan, strategi
dan persaingan
sehat.
Faktor kondisi dasar meliputi tersedianya tenaga
kependidikan dengan upah yang memadai, tersedianya peserta didik dengan
estándar kompetensi dasar yang lebih baik, tersedianya sarana dan prasarana
yang menguntungkan proses pembelajaran, tersedianya dana penyelenggaraan
pendidikan yang murah, tersedianya teknologi pendidikan yang memadai, kondisi
lingkungan dan suasana belajar yang mendukung, posisi geografis dan sebagainya.
Faktor permintaan pasar domestik ikut menentukan bentuk,
kualitas serta citra lulusan bagi penyerapan tenaga kerja.
Faktor kondisi pendukung lembaga pendidikan akan sangat
menentukan daya saing lembaga pendidikan tertentu melalui pasokan tenaga kerja
dan jasa yang dihasilkan.
Faktor kondisi struktur lembaga pendidikan, strategi dan
persaingan sehat akan memberikan pengaruh yang sangat besar bagi daya saing
suatu lembaga pendidikan. Praktek
monopoli, struktur lembaga pendidikan yang tidak efisien, strategi
pemasaran yang kurang sehat akan melemahkan daya saing yang dimiliki oleh
lembaga pendidikan tertentu.
Perlu diingat banyak dari faktor tersebut bukan hanya
pemberian dari alam begitu saja, akan tetapi harus diciptakan dan dikembangkan
sendiri dengan menggunakan daya kreatifitas dan inovasi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ada
dua jenis faktor pendukung daya saing, yaitu yang diberikan oleh alam dan yang
harus dikembangkan melalui kemampuan sumber daya manusia. Faktor kemampuan
sumber daya manusia akan lebih menonjol
peranannya, terutama untuk pengembangan lembaga pendidikan dan jenis-jenis
prodi atau fakultas yang tinggi kandungan teknologi pendidikannya.
III. Konsep Kemandirian
Lembaga Pendidikan Tinggi
Kegiatan yang seharusnya
dilakukan oleh suatu lembaga Pendidikan tinggi secara lengkap akan meliputi
banyak hal yang dimulai dari identifikasi lulusan yang dibutuhkan masyarakat,
perencanaan, pelaksanaan, pendistribusian
dan pemasaran ke pemerintah, swasta dan masyarakat.
Menurut Ginanjar Kartasasmita
(1995) kemandirian bersumber dari kemampuan bangsa untuk bertahan dalam
lingkungan yang berubah, baik lingkungan alam, masyarakat maupun lingkungan
antarbangsa tanpa mengorbankan jatidiri. Bangsa yang mandiri adalah bangsa yang
tidak perlu tergantung kepada bangsa / orang lain untuk kelangsungan hidupnya,
karena memiliki ketahanan terhadap perubahan-perubahan dunia. Dalam pengertian
yang lebih luas , kemandirian bukan hanya bersumber dari kemampuan untuk
menjamin kelangsungan hidup tetapi juga untuk tumbuh dan berkembang dengan
kekuatan sendiri.
Jika diperlukan lebih lanjut,
dapat dilihat bahwa untuk beberapa jenis perguruan tinggi di suatu negara,
hanya sebagian saja dari beberapa kegiatan tersebut di atas yang dilaksanakan
oleh perguruan tinggi tersebut, sedangkan kegiatan lainnya dilakukan oleh pihak
lain.
Selain itu, ada beberapa
perguruan tinggi yang melakukan hampir seluruh kegiatan tersebut dan perguruan
tinggi yang demikian menunjukkan bentuk kemandirian yang lebih besar.
Berdasarkan luasnya cakupan
kegiatan yang dilaksanakan oleh suatu
Perguruan Tinggi, maka terdapat 3 jenis Perguruan Tinggi sebagai berikut:
- Perguruan Tinggi Mandiri;
- Perguruan Tinggi Lisensi;
3. Perguruan Tinggi Relokasi.
Perguruan Tinggi mandiri adalah
perguruan tinggi yang memiliki merek sendiri atas lulusan yang dihasilkan,
melaksanakan seluruh kegiatan pembelajaran yang dimulai dari identifikasi
kebutuhan pendidikan oleh pemerintah, swasta dan masyarakat sampai dengan
pemasaran lulusan.
Menurut Ginanjar (1995)
kemandirian itu dicerminkan oleh beberapa hal, antara lain:
1) Memiliki SDM, yang tercermin dari makin banyaknya tenaga profesional yang
berkualitas yang mampu memenuhi tuntutan kebutuhan dan kemajuan pembangungan.
2) Makin kecilnya ketergantungan pada sumber pembiayaan dan modal investasi
Luar Negeri seiring dengan sumber-sumber pembiayaan dalam negeri yang semakin
kukuh.
3) Memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok secara cukup dan memadai,
dan / atau jika tidak memungkinkan, ketergantungan itu harus diimbangi dengan
keunggulan lain agar tidak membuat kelemahan dan kerawanan.
4) Memiliki daya tahan ekonomi terhadap perkembangan dan gejolak ekonomi
dunia.
Perguruan Tinggi Lisensi adalah
Perguruan Tinggi yang melakukan kegiatan pembelajaran seperti Perguruan Tinggi
Mandiri, kecuali merek lulusan yang dipasarkan masih menggunakan pemberi
lisesnsi.
Perguruan Tinggi Relokasi adalah
Perguruan Tinggi yang melakukan kegiatannya hanya melaksanakan proses
pembelajaran saja, sedangkan kegiatan lainnya dilakukan oleh kampus induk.
Jika sektor pendidikan dapat
dianggap sebagai sektor produktif, keempat persyaratan tersebut sangat penting
dijadikan acuan untuk kemandirian dalam membangun sektor pendidikan. Untuk
mewujudkan fungsi agar menghasilkan SDM yang berkualitas, pendidikan memerlukan
aparatur yang profesional baik sebagai pengambil kebijakan, pemikir dan
pengembang sistem, pelaksana teknis, maupun sebagai pengelola pendidikan dan
tenaga kependidikan.
Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa
Lembaga Perguruan Tinggi yang dapat berkembang di suatu wilayah akan sangat
ditentukan oleh tinggi rendahnya kemampuan sumber daya manusia pengelola
pendidikan dan tenaga kependidikan. Dalam kondisi saat ini, erat hubungannya
tingkat kemampuan sumber daya manusia yang ada di suatu wilayah dengan
komposisi tingkat pendidikan yang dicapai.
Perguruan Tinggi yang mandiri
memiliki hak, kebebasan serta kemampuan untuk menentukan nasib sendiri dan masa
depannya secara demokratis.
III. Strategi Penyiapan
Sumber Daya Manusia di Perguruan Tinggi
Untuk melaksanakan pembinaan
terhadap Perguruan Tinggi diperlukan sejumlah tenaga kependidikan yang
berkualitas. Kuantitas dan kualitas tenaga Kependidikan tersebut diperoleh
melalui jalur pendidikan, seperti diketahui pada saat ini tingkat pendidikan
rata-rata tenaga kependidikan di Perguruan tinggi di daerah relatif masih
rendah sehingga banyak keterbatasan dalam upaya meningkatkan kemampuan
lulusannya.
Berdasarkan Undang-undang RI
Nomor.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen bahwa pada BAB II tentang kedudukan
, fungsi dan Tujuan pasal 3 Dosen
mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan tinggi
yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pengakuan kedudukan
dosen sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan
dengan sertifikat pendidik. Dan pada pasal 5 Kedudukan dosen sebagai tenaga
profesional sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (1) berfungsi untuk
meningkatkan martabat dan peran dosen sebagai agen pembelajaran, pengembang
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, sosial budaya serta pengabdian kepada
masyarakat berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.
Selanjutnya pada BAB III prinsip
profesionalitas pasal 7 ayat (1) Profesi guru dan profesi dosen merupakan
bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut:
- memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme;
- memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia;
- memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas;
- memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;
- memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan;
- memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja;
- memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat;
- memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan
- memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru dan dosen.
Tertinggalnya kemajuan pembangunan di Indonesia bila dibandingkan dengan
kemajuan pembangunan di negara lain adalah karena ketidak sesuaian antara
kualitas lulusan sarjana dan pasca sarjana dengan kebutuhan pemerintah, swasta
dan masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah melakukan peningkatan kemampuan
penguasaan IPTEK dan IMTAQ oleh masyarakat.
Peningkatan mutu
pendidikan tinggi, khususnya upaya memperkuat kemampuan bangsa Indonesia
menguasai IPTEK dan memiliki IMTAQ yang kokoh dalam rangka menunjang
pengembangan industri Indonesia di masa mendatang adalah sama pentingnya dengan
upaya penuntasan Wajib Belajar, penuntasa Buta Aksara, pengentasan kemiskinan,
peningkatan mutu pendidikan dan pelatihan.
Saat ini Indonesia
terkesan telah memiliki cukup kemampuan menampung mahasiswa di Perguruan Tinggi
negeri maupun swasta, sudah tiba saatnya bagi kita untuk lebih menekankan bukan
hanya pada pemerataan untuk memperoleh pendidikan dan akses pendidikan akan
tetapi juga pada peningkatan mutu pendidikan, pengajaran, penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan langsung oleh perguruan tinggi.
Alasannya adalah bahwa pada akhirnya perluasan dan perkembangan sistem
pendidikan tinggi akan sangat bergantung pada kualitas lulusannya.
Mutu pendidikan tinggi sangat bergantung pada mutu pendidikan,
penelitian dan pengabdian yang dihasilkan. Khususnya pada jenjang pasca
sarjana, lebih dari itu mutu pendidkan tinggi harus dipandang dari sisi mutu
lulusan dengan seperangkat kemampuannya dalam mengembangkan dan menerapkan IPTEK
dan IMTAQ dalam berbagai bidang kehidupan.
IV. Peningkatan Kualitas
dan Relevansi Perdidikan Tinggi
Seiring dengan upaya
peningkatan Kualitas SDM melalui
konsolidasi dan perbaikan kualitas pendidikan tinggi, maka perlu dilakukan
suatu peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan tinggi sehinga pemenuhan
kebutuhan SDM untuk pembangunan bidang unggulan dapat tercapai.
Peningkatan kualitas dan
relevansi pendidikan tinggi melalui 6 (enam) komponen sebagai berikut:
1). Standar akademik, yang meliputi tingkat kesesuaian
mata kuliah dengan kemampuan yang diharapkan, kemutakhiran dan relevansi
kurikulum dan tujuan pencapaiannya.
2). Kualitas proses pembelajaran yang meliputi kualitas
dan motivasi tenaga kependidikan, efektifitas proses pembelajaran, manajemen
perkuliahan, kemampuan mahasiswa dalam hal pengetauan, pengertian dan kompetensi.
3). Kualitas dukungan oleh infrastruktur administratif
terhadap kelancaran kegiatan akademik.
4). Kualitas keberhasilan peserta didik, baik secara
formal melalui evaluasi maupun dari segi kepuasan peserta didik selama menempuh
pendidikan.
5) Relevansi kegiatan penelitian dan pengabdian pada
masyarakat dengan kualitas perkuliahan yang diberikan.
6). Kualitas sumber daya pendukung (material dan fisik untuk
efektifitas proses pembelajaran).
Nilai tambah
yang tinggi akan diperoleh jika SDM atau pelaku pembangunan mempunyai
produktivitas yang tinggi antara lain melalui kemampuan berinovasi dan
pembangunan IPTEK dan IMTAQ. Pembentukan kemampuan inovasi dan pengembangan
IPTEK dan IMTAQ harus diupayakan melalui pendidikan. Beberapa indikator
kemajuan pendidikan, khususnya pendidikan tinggi dapat digunakan untuk
mengetahui tingkat pendidikan di Indonesia dengan negara lain. Indikator
tersebut antara lain distribusi tenaga pengajar pada berbagai mata kuliah,
kesesuaian antar bidang studi dengan pekerjaan, distribusi lulusan perguruan
tinggi menurut bidang studi sesuai dengan daya serap pasar kerja dan kebutuhan
masyarakat, hasil penelitian publikasi ilmiah, jumlah paten yang dihasilkan dan
sebagainya.
V. PENUTUP
Berdasarkan
uraian terrsebut di atas, perlu diupayakan strategis dalam rangka mempersiapkan
angkatan kerja untuk dapat bersaing kompeteisi global. Pendidikan sebagai salah
satu unsur terpenting dalam penyiapan tersebut harus dilakukan dengan
terencana, terprogram, terstruktur, terarah dan terukur sehingga pemanfaatan
sumber daya pendidikan dan tenaga kependidikan akan efektif dan efisien.
Pengendalian
mutu pendidikan menyangkut dua aspek, yaitu administratif adalah pemerataan
sumberdaya pendidikan, serta aspek substansi adalah pencapaian mutu lulusan.
Mutu akademis pendidikan perlu dikendalikan oleh pemerintah pusat dengan
mendayagunakan lembaga profesional bidang pengujian dan pengukuran dan
disesuaikan dengan kondisi objektif di daerah.
Daftar Pustaka
Bambang Soehendro. 1996. Kerangka Pengembangan Pendidikan Tinggi
Jangka Panjang.
Boediono. 1998. Dampak
Krisis Ekonomi dan Moneter terhadap
Pendidikan. Jakarta, Pusat
Penelitian Sains dan Teknologi,
Lembaga Penelitian Universitas Indonesia.
Kartasasmita, Ginanjar. 1995. PeningkatanKkualitas Aparatur Negara
dalam Menumbuhkembangkan
Kemandirian Masyarakat
dalam Pembangunan Nasional.
Jakarta. Sespanas,
Lembaga Administrasi Negara, RI.
Porter, M.E. 1990. The
competitive Advantage of Nation, The Free Press;
New York.
Undang-undang RI. Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Jakarta.
Pengaruh, Pengetahuan Awal dan Penguasaan Kosakata serta Parsing Strategi Terhadap Keterampilan Membaca Pemahaman Mahasiswa
Pengaruh,
Pengetahuan Awal dan Penguasaan Kosakata serta Parsing Strategi Terhadap
Keterampilan Membaca Pemahaman Mahasiswa
Oleh
: Masrupi
Pendahuluan
Ilmu pengetahuan sebagai sumber kekuatan para intelektual berasal dari
buku. Oleh sebab itu, siapa yang ingin memiliki kekuatan tersebut harus membaca
buku. Pernyataan ini mengarahkan bahwa hanya bangsa yang banyak membaca buku
dapat mempunyai sumber daya manusia (SDM) berkualitas dan handal sehingga dapat
mempertahankan eksistensinya serta mampu tampil sebagai pemenang dalam
persaingan. Untuk membentuk SDM yang berkualitas dan handal, perlu meningkatkan
kemampuan penggunaan bahasa asing dalam memperluas cakrawala berfikir ataupun
memperkuat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam meningkatkan
kemampuan berkomonikasi dengan masyarakat internasional. Salah satu cara untuk menguasai
hal tersebut ialah melalui keterampilan membaca pemahaman dalam bahasa Inggris.
Sampai saat ini kualitas membaca pemahaman mahasiswa masih dirasakan
belum memenuhi harapan. Banyak keluhan para pengajar yang menyatakan bahwa
salah satu penyebab rendahnya daya serap mahasiswa dalam pembelajaran di
tunjukkan oleh rendahnya kemampuan membaca pemahaman bahasa Inggris, padahal
mahasiswa adalah sosok yang harus memiliki visi dan misi kuat untuk meraih ilmu
pengetahuan sebanyak-banyaknya. Keterampilan membaca pemahaman bahasa inggris
yang rendah dipengaruhi dan ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah
pengtahuan awal dan penguasaan kosakata bahasa Inggris. Secara konseptual,
pengetahuan awal dan penguasaan kosakata mempunyai hubungan dengan keterampilan
membaca pemahaman bahsa inggris akan
tetapi secara empiris masih harus dibuktikan dengan penelitian. Bahasa Inggris sebagai salah satu bahasa internasional telah
banyak dipakai dalam bahasa Indonesia, baik sebagai kata pinjam ataupun dipakai
sebagaimana adanya untuk memperlancar komunikasi dalam bahasa Indonesia yang
masih kekurangan kosakata dan istilah iptek. Hal ini terutama dilakukan oleh
masyarakat golongan menengah ke atas, termasuk mahasiswa, dalam kehidupan
perekonomian dan teknologi. Oleh karena itu, dalam memasuki abad ke 21 ini,
Indonesia selalu berusahan untuk terus
meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang baik, terutama dalam sektor pendidikan,
perdagangan, perindustrian, pertanian, dan teknologi.
Pemakaian bahasa Inggris dalam komunikasi dapat disimak dari wacana-wacana
atau pembicaran-pembicaran yang disampaikan melalui televisi atau radio, yang
di dalamnya tidak jaranng terdengar istilah-istilah khusus dalam bahasa Inggris.
Demikian pula istilah atau merek-merek dagang, lingkungan perumahan yang
menggunkan istilah bahasa Inggris, seperti Beach Hotel, Airport,, Taksi,,
Fried Chiken, Ice Cream, Green Village, Palm Court House, Laser Disk Rental,
Blok M Mall, dan lain-lain. Dari kenyatan ini
semakin berat tantangan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia di masa depan .
Oleh karena itu, perlu peningkatan kemampuan penggunaan bahasa asing dalam
memperluas cakrawala dalam berpikir,
memperkuat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta meningkatkan
kemampuan berkomunikasi di dalam masyarakat interansional.
Berdasarkan pengamatan sepintas
terhadap mahasiswa STAISMAN ( Sekolah
Tinggi Agama Islam Syekh Manshur) Pandeglang Banten, salah satu penyebab
rendahnya nilai membaca pemahaman bahasa Inggris mahasiswa adalah karena jarang
memiliki buku-buku bacaan berbahasa Inggris walaupun telah dianjurkan oleh
dosen. Bahkan banyak mahasiswa yang tidak memiliki kamus, dengan alasan mereka
bukan jurusan bahasa Inggris sehingga merasa tidak perlu memilikinya.
Hal lain yang merupakan penyebab rendahnya
mutu membaca pemahaman adalah rendahnya budaya baca. Padahal budaya baca yang
tinggi tidak hanya menjadi alat alih teknologi, melainkan juga membentuk kepribadian
suatu bangsa. Hal ini telah dibuktikan oleh bangsa barat sampai saat ini.
Misalnya, bangsa Amerika dengan memiliki budaya baca yang tinggi mengalami
kemajuan dalam segala bidang. Rakyat dinegara tersebut menyadari bahwa bacaan
merupakan sarana penting dalam membentuk kesadaran manusia dan masyarakat untuk
mengerjakan suatu yang berguna bagi dirinya.
Dari contoh ini generasi muda harus
diberi kemampuan membaca yang dapat menjadi bekal untuk mengembangkan diri.
Kemampuan dan kebiasaan membaca seharusnya telah terbentuk sejak di Sekolah
Dasar dan Sekolah Menengah. Oleh karena pengajaran masih ditekankan pada unsur
pengetahuan kebahasaan tanpa penekanan terhadap keterampilan membaca,
keterampilan ini belum tampak hasilnya. Kemampuan membaca pemahaman tidak hanya
dimodali dengan pengetahuan kebahasaan, melaikan juga harus mempunyai
pengetahuan tentang hal yang dibahas oleh
wacana yang sedang dibacanya.
Bangsa Indonesia masih perlu belajar
dari kemajuan Negara-negara lain terutama di bidang Iptek. Sedangkan buku-buku
atau informasi tentang hal ini masih banyak yang tertulis dalam bahasa Inggris.
Oleh karena itu, keterampilan membaca
pemahaman bahasa Inggris bagi
mahasiswa sebagai calon ilmuan amat diperlukan. Hal ini sesuai dengan kenyataan
bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional belim cukup mempunyai kata-kata
yang dapat menjadi padanan istilah-istilah iptek yang memang ditemukan dan
dikembangkan di Negara-negara yang memakai bahasa Inggris sebagai bahasa
nasionalnya. Dengan demikian, jalan terbaik untuk menguasai ilmu tersebut ialah
memiliki kemampuan membaca pemahaman wacana dalam bahasa Inggris . Hal ini juga
terjadi karena mereka mengikuti perkuliahan lebih banyak dengan metode ceramah.
Sehingga mereka merasa bosan dan jenuh. Oleh sebab itu untuk memotivasi belajar
membaca pemahaman dosen perlu memperkenalkan berbagai metode pembelajaran, dan
strategi pembelajaran diantaranya Parsing Strategi . Berdasarkan Latar Belakang
Masalah tersebut di atas, penulis tertarik memilih judul ; Pengaruh Pengetahuan Awal dan Penguasaan Kosa Kata
serta Parsing Strategi terhadap Keterampilan Membaca Pemahaman Mahasiswa.
Berdasarkan
masalah di atas. maka dapat ditemukan beberapa permasalan sebagai berikut:
1) Bagaimana pengetahuan awal dapat mempengaruhi keterampilan membaca
pemahaman?
2) Bagaimana penguasaan kosa kata dapat mempengaruhi keterampilan membaca
pemahaman?
3) Bagaimana Parsing Strategi dapat mempengaruhi keterampilan membaca
pemahaman?
Pengertian
Keterampilan Membaca Pemahaman (Reading
Comprehension Skill)
Kegiatan membaca pemahaman dalah salah satu dari sekian banyak kegiatan
akademik yang amat menentukan keberhasilan prestasi mahasiswa. Oleh karena itu,
penelitian ini dirasa perlu untuk memberikan definisi yang jelas tentang
membaca pemahaman dengan mengacu kepada pendapat beberapa pakar dalam membaca
pemahaman. Menurut Grellet(1981), membaca pemahaman ialah kegiatan atau proses
mencari informasi yang dibuktikan oleh pembaca dari wacana secara efisien untuk
mengisi kesenjangan informasi pada pembaca.
Pembelajaran membaca pemahaman bahasa Inggris seperti juga halnya dengan
pemahaman dalam bahsa Indonesia dapat dicapai dengan cara banyak membaca. Perlu
pula dipahami bahwa membaca yang sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari
dilakukan di luar kelas. Dilakukan di dalam kelas bila dosen ingin melihat atau
mendeteksi kebiasaan salah dalam kegiatan mahasiswa membaca sehingga dapat
diluruskan atau diperbaiki. Hal ini dapat pula dijadikan sebagai acara tetap
untuk membahas tugas bacaan ekstensif yang akan datang atau yang telah
diselesaikan.
Sehubungan dengan kemampuan mahasiswa memahami isi bacaan ( the ability
to comprehension), study tentang membaca pemahaman menurut Thorndike dalam
Heilman (1981 : 238) adalah bahwa membaca sama halnya dengan berpikir . Thorndike
menyatakan banwa :
The reading of a paragraph involves the same
sort of organization and analysis as does thinking. It includes learning,
reflection, judgment, analysis, synthesis, problem-solving, behavior,
selection, inference, organization, comparison of data, determination of
relationship. And critical evaluation of what is read. It is also includes
attention, assoction, abstraction, generalization, comprehension,
concentration, and deduction.
Berdasarkan konsep-konsep tersebut adalah benar apa yang dinyatakan oleh
Heilman (1981 : 242) bahwa :
Reading comprehension is a process of making
sense of written ideas through meaningful interpretation and interaction with
language. Reading comprehension is best viewed as a multifaceted process
affected by several thinking and language abilities.
Membaca pemahaman merupakan suatu proses mencari makna dari
gagasan-gagasan tertulis melalui interpretasi bermakna dan interaksi dengan
bahasa. Membaca pemahaman dipandang sebagai suatu proses beragam yang
dipengaruhi oleh berbagai pemikiran kemampuan bahasa. Dengan demikian. Model
proses pemahaman adalah : (1) pemahaman arti kata (arti harfiah); (2) pemahaman
interpretasi; dan (3) pemaham kritis. Memahami gagasan-gagasan dan informasi
secara eksplisit dinyatakan dalam wacana. Kemampuan-kemampuannya adalah
pengetahuan tentang makna-makna kata, mengingat rincian-rincian yang dinyatakan
secara langsung atau parafrase dalam kata-kata sendiri, mamahami aturan-aturan
garamatikal subjek, kata kerja, kata ganti benda, kata penghubung, dan lainnya
merekam ide utama yang dinyatakan secara eksplisit, dan pengetahuan tentang
urutan informasi yang disajikan dalam wacana.
Membaca pemahaman adalah proses intelektual kompleks yang melibatkan
sejumlah kemampuan. Pemahaman melibatkan tingkat dalam hirarki berpikir.
Semakin tinggi tingkat pemahaman pada dasarnya akan mengandung tingkat berpikir
yang makin tinggi. Kemampuan membaca pemahaman meliputi empat kategori
pemahaman yaitu : (1) pemahaman arti kata (literal comprehension); (2)
pemahaman interpretasi (interpretative comprehension); (3) pemahaman kritis
(critical comprehension); dan (4) pamahaman kreatif (creative reading) (Vacca dan
Vacca ,1986).
Pengertian Pengetahuan Awal ( Prior Knowledge)
Vacca dan vacca (1986) menyatakan bahwa struktur pengetahuan yang di
bawa mahasiswa untuk belajar memiliki implikasi-implikasi penting bagi bidang
isi bacaan. Kita dapat merasakan pentingnya pengetahuan awal dalam membaca
dengan menimpulkan penemuan-penemuan penelitian yang dilakukan. Usaha keilmuan
yang dilaksanakan di pusat studi membaca mendapatkan bantuan pengenbangan
pengukuran terhadap teori skemata tentang membaca dan pemahaman bahasa. Para
pembaca menggerakkan / menggiatkan struktur pengetahuan yang ada untuk
menerjemahkan wacana. Pengetahuan melibatkan penyesuaian atas apa yang pembaca
telah ketahui dengan informasi baru.
Anderson et al. dalam vacca dan vacca (1986 : 149)
sehubungan dengan pengetahuan awal menyatakan bahwa :
Recall and comprehension of passages which
invited two schematic interpretation (wrestling versus a prison break or card-playing
versus a music rehearsal) were highly related to the background knowledge of
readers and /or environment in which the testing occurred. Bransford and
Johnson discovered that collage student’s recall of obscure passage was
increased if a statement pf the topic for the passage or a picture related to
it was proceeded.
Pengetahuan awal adalah struktur pengetahuan atau skemata yang merupakan
pengalaman-pengalaman pembaca yang mewakili pengetahuan umum. Pengetahuan awal
dimanfaatkan untuk menyesuaikan dengan informasi baru karena skemata tersebut
belum lengkap agar dapat memahami isi bacaan yang dibacanya oleh karena itu,
Dallman et all. (1982 :33) menyatakan bahwa : it is true that success in
reading depends. In part, on what the raeder brings to the printed page, much
significance must be attached to the body of direct and indirect experiences he
has accumulated in advance of the reading.
Klien et al. (1991 : 11) menyatakan pentingnya skemata sebagai berikut :
The concept of schema is important in reading
because the schemata the rader brings to a specific piece of text determine in
large measure the meaning of the text conveyed through the text’s structure,
interact with the readers schemata to generate a new unique meaning of the
text.
Sementara Alderson dan Urquhart
(1984 : 54) menyatakan bahwa ada tiga fungsi skemata yaitu, (1) skemata
menyediakan informasi awal sebagai basis untuk mengisi kesenjangan dalam
wacana, memberi kohoresi untuk interpretasi melalui eloborasi dan imformasi;
(2) Bila pembaca mempunyai pengetahuan awal dan asumsi yang berbeda dengan yang
dimiliki orang lain akan mengadakan reinterpretasi terhadap informasi yang
tidak jelas itu, kemudian mencocokannya dengan skematanya, lalu memutuskan
penerimaan atau penolakan informasi tersebut, dan informasi yang diterima akan
menjadi bagian dari skemata yang sudah ada; dan (3) Dengan membentu hubungan
antara pengetahuan awal di dalam skemata dengan sesuatu dalam pesan linguistik,
pembaca memonitor pemahamannya dan mengetahui apakah informasi tersebut telah
dipahami atau belum.
Jadi pengetahuan awal ( prior knowledge) adalah pengetahuan yang telah
dimiliki oleh pembaca atau skemata pembaca yang meliputi pengalaman-pengalaman,
pengetahuann umum, dan pengetahuan yang berhubungan dengan isi wacana yang
sedang di bacanya yang digunakan pembaca untuk memahami isi wacana yang
dibacanya.
Pengertian Penguasaan Kosakata (Vocabulary
Mastery)
Pembaca wacana berbahasa inggris harus menguasai kosakata yang terdapat
dalam wacana yang dibacanya apabila ingin memahami wacananya. Ives et al (1979)
menyatakan bahwa kosakata pada umumnya digambarkan berupa kata tunggal atau
gabungan unit makna. Satu kata individual dapat terdiri dari hanya satu bagian
yang bermakna, seperti kata like atau blue. Kata ini dapat
terdiri dari dua atau lebih bagian yang bermakna, seperti like/li/hood”. Jadi
kosakata adalah sejumlah kata dan istilah yang dimiliki sebuah bahasa. Kosakata umumnya dapat menerangkan satu unit atau dari satu unit
pengertiannya. Kosakata merupakan sejumlah kekayaan kata dan istilah yang
terdapat dalam bahasa. Kosakata bahasa terdiri atas kata-kata, seperti terdapat
dalam kamus dan istilah-istilah.
Menurut Lyons (1981), kosakata
merupakan kata atau kelompok kata yang memiliki makna tertentu. Cruse (1986)
menyatakan bahwa dalam membatasi kosakata, ada baiknya memberi perhatian pada dua
ciri konstan dan umum tentang kosakata, yaitu : (1) suatu kata merupakan elemen
terkecil tertentu dari satu kalimat yang memiliki mobilitas posisi elemen
terkecil yang dapat dipindahkan dikelilingi tampa merusak tata bahasa dari
kalimat ( merusak setiap pengaruh sematik) dan (2) kosakata adalah seperangkat leksem
termasuk di dalamnya kata tunggal, kata majemuk, dan idiom.
Sementara itu, fromklin dan Rodman
(1983) menyatakan bahwa kosakata merupakan keseluruhan kekayaan kata tungggal,
kata majemuk, dan idiom karena memahami morfem, kata-kata tunggal kata-kata
majemuk, dan maknanya. Lebih dari itu terdapat frase-frase tetap, mengandung
lebih dari satu kata, dengan makna yang tidak dapat disimpulkan dengan memahami
makna dari kata-kata itu secara individu. Beberapa ungkapan di sebut idioms.
Semua bahasa mengandung banyak frase idiometik. Idiom sama dalam struktur pada
frase-frase biasa kecuali kalau idiom itu cenderung dimasukan dalam bentuk dan
tidak siap masuk ke dalam kombinasi-kombinasi lain atau mengarah urutan kata
itu agar berubah. Idiom merupakan gabungan dua kata atau lebih atau ungkapan
yang membentuk makana baru yang tidak dapat diterangkan secara
gramatikal,tetapi sudah lazim dipakai oleh penutur asli bahasa tersebut.
Bentuk kata dalam bahasa inggris dibagi
menjadi dua Menurut Lyons (1981 :47) ,
The world- from of English,like the world-forms of most language. Can be put
into two classes. One class consists of full forms like man, came , green,
badly, the other of empty forms like the, of,and, to, and, if . Adapun makna
kata atau sematik adalah telaah makna . Makna, arti, atau maksud suatu kata
misalnya mengetahui lafal dan maknanya. Bermakna mengandung arti yang
dalam/penting. Dengan demikian, kuantitas dan kualitas penguasaan kosakata
penting bagi seseorang dalam memahami ide dan pemikiran, terutama dalam membaca
pemahaman. Kosakata memegang peranan penting dalam kegiatan membaca
pemahaman. Jadi kemampuan kosakata
berarti kemampuan
memahami/ menguasai sejumlah kosakata bahasa inggris untuk dapat memahami
dengan baik wacana yang di bacanya.
Sehubungan dengan pemahaman terhadap makna kata tersebut Akhadiah et
al. (1990) mengemukakan bahwa kita harus menguasai kata-kata
yang sesuai untuk mendukung gagasan. Ini berarti bahwa kita harus mampu memilik
kata dan istilah yang tepat, sehingga gagasan dapat di pahami oleh pembaca
dengan tepat kata-kata itu harus dirangsang menjadi kalimat-kalimat yang
efektif.Selanjutnya, kalimat-kalimat harus disusun menjadi paragraf-paragraf
yang memenuhi persyaratan.
Dari pendapat ini, dapat dikatakan
bahwa penguasaan kosakata merupakan kemampuan seseorang tentang kosakata dalam
bahasa tertentu yang menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kegiatan
berkomunikasi atau berinteraksi, terutama yang menggunakan sarana tulisan.
Dalam hal ini seseorang tidak hanya dituntut untuk memiliki kata yang banyak,
seperti kata benda, kata sifat, dan kata kerja, melainkan juga harus mengetahui
perbedaan rasa tentang makna yang dimiliki dalam kata tersebut. Nida (1975)
setidak-tidaknya mengidentifikasi empat model atau cara berrelasinya mankna
unit-unit leksikal suatu bahasa yaitu: (1) inklusi , yang secara umum di kenal
sebagai relasi makna yang bersifat hiponimik ; (2) tumpang tindih atau overlapping,
yang secara umum dikenal sebagai relasi makna sinonimik; (3) relasi
keberlawanan arti ( the oppositeness of meaning ) , dan (4) relasi kontingu.
Dari pendapat-pendapat para ahli
kosakata tersebut dapat disimpulkan bahwa penguasaaan kosakata merupakan
kemampuan seseorang tentang kosakata dalam bahasa tertentu, baik yang bersifat
aktif-produktif maupun yang bersifat pasif-produktif. Penguasaan ini meliputi
kemampuan dalam memahami dan menggunakan unsur-unsur kosakata, yaitu: (1)
kata-kata mumu (content words); (2) kata-kata pembentuk struktur (structure
words); (3) sinonim; (4) antonim; (5)
ungkapan (idiom); (6) istilah (expression). Kata merupakam unit terkecil dalam
bahasa yang memiliki arti sehingga jika ditinjau dari struktur leksikalnya,
kata tersebut harus dipandang sebagai sebuah jaringan relasi makna; relasi itu
berwujud sinonim dan antonim. Semantara itu ungkapan disamakan dengan idiom.
Yaitu pola-pola struktual yang menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa yang umum
biasanya berbentuk frasa, yang artinya tidak dapat diterangkan secara logis
atau gramatikal. Sedangkan istilah merupakan kata atau gabungan kata yang
dengan cermat menguangkapkan makna, proses , keadaan , atau sifat yang khas
dalam bidang tertentu.
Pengertian Parsing Strategy
Menurut
Yule (1996:153) that basically process of working from left to right along
incoming English sentences, creating an analysis of syntax structure and
predicting what elemens will come next. Parsing strategi pada dasarnya adalah
proses bekerja dari kiri ke kanan sepanjang dalam kalimat bahasa Inggris,
melakukan suatu analisis terhadap struktur kalimat dan memperkirakan
elemen-elemen apa yang akan muncul kemudian. Sedangkan White (1987:153)
menyatakan bahwa Parsing Strategy is required at any different levels;
phonetic, phonology, morphology, syntactic and semantic. Parsing strategi dibutuhkan pada beberapa level;
seperti ponetik, ponologi, morfologi, sintaksis dan semantic. Kemudian White
(1987a) menyatakan bahwa the ideas is that language leaner attempts to parse
the input on the basis of the exiting grammar. Parsing is a cognitive process
and takes up portion of the limited capacity of
working memory during sentence comprehension. A number of different
types of parser have been developed, but a brief description of one very
elementary version should serve to illustrate the basic processes involved in
analyzing a simple sentence.
Contohnya :
My brother is watching television and my mother
is cooking in the kitchen, I am doing my homework.
Dalam sebuah struktur sederhana dari parsing strategi:
My brother is watching television
S V O
My mother is cooking in the kitchen
S V Ad. Place
I am doing my homework
S
V O
Tujuan
Secara umum ini bertujuan untuk menemukan apakah faktor-faktor
pengetahuan awal dan penguasan kosakata pembaca berperan secara berurutan dalam
keberhasilan membaca pemahaman mahasiswa, dan manakah diantara fakator-faktor
tersebut yang paling menentukan dalam membaca pemahaman bahasa Inggris oleh
mahasiswa STAISMAN Pandeglang Banten. Secara khusus penelitian ini bertujuan
untuk mendapatkan data tentang : (1) pengetahuan awal; (2) penguasaan kosakata;
(3) membaca pemahaman bahasa Inggris mahasiswa. Dengan demikian, secara operasional
penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data mengenai : (1) hubungan antara
pengetahual awal dengan membaca pemahaman bahasa Inggris; (2) Hubungan antara
penguasaan kosakata dengan membaca pamahaman bahasa inggris dan (3) hubungan
antara pengetahuan awal dan penguasaan kosakata secara bersama-sama dengan
membaca pemahaman bahasa Inggris, (4) Pengaruh Parsing strategi terhadap
membaca pemahaman Bahasa Inggris.
Manfaat
Dengan ini diharapkan dapat diperoleh informasi tentang faktor-faktor yang
dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman mahasiswa.
Informasi-informasi ini penting diketahui karena selama ini kemampuan membaca
pemahaman mahasiswa kurang memadai sehingga perlu upaya untuk meningkatkan hal
tersebut. Selain itu, melalui penelitian ini akan diperoleh informasi tentang
keterkaitan antara pengetahuan awal dan penguasaan kosakata dengan keterampilan
membaca pemahaman. Pengaruh Parsing Strategi terhadap keterampilan membaca
pemahaman. Keterkaitan atau interaksi ini sangat bermanfaat bagi upaya
peningkatan keterampilan membaca pemahaman untuk mahasiswa.
Metode Penelitian
Penelitian ini
dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif dalam bentuk survey dengan
teknik korelasional. Dalam penelitian ini dikenakan perlakuan apa pun terhadap responden,
selain diberikan tes untuk memperoleh skor/nilai membaca pemahaman, pengetahuan
awal, dan penguasaan kosakata juga ada Perlakuan dengan menggunakan Parsing
Strategi untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman mahasiswa. Dengan
demikian, nilai yang dianalisis dalam penelitian ini hanya menggambarkan apa
yang telah dimiliki mahasiswa dan dianalisis juga pengaruh Parsing Strategi terhadap peningkatan
keterampilan membaca pemahaman Mahasiswa.
Subjek Penelitian
Populasi
Populasi dalam
sasaran penelitian ini adalah semua
mahasiswa yang ada di STAISMAN Pandeglang masing-masing kelas mempelajari
bahasa Inggris yang sama berdasarkan kurikulum dari dua dosen yang berbeda.
Sampel
Sampel penelitian ini
ditentukan dengan teknik Simple random Sampling. Sampel. Sampel
diambil secara acak sebanyak 60 orang mahasiswa. Uji coba instrumen dilakukan
terhadap 15 orang mahasiswa .
Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data,
dalam penelitian ini dikembangkan instrument sesuai dengan variable penelitian.
Imstrument tersebut terdiri dari instrument sebelum uji coba instrument setelah
uji coba. Instrument sebelum uji coba untuk membaca pemahaman memiliki sebanyak
58 butir soal, pengetahuan awal sebanyak 30 butir soal, dan penguasaan kosakata
sebanyak 50 butir soal.
Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan
untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Teknik yang digunakan adalah
analisis korelasi dan regresi, yaitu analisis korelasi yang sederhana ,
korelasi jamak, dan analisis parsial. Analisis korelasi sederhana digunakan
untuk mrelihat hubungan antara variable pengetahuan awal dengan membaca
pemahaman dan hubungan antara variable penguasaan kosakata dengan dengan
membaca pemahaman. Pengaruh Parsing
Strategi terhadap peningkatan keterampilan membaca pemahaman. Tujuan
mencari korelasi ini adalah untuk mengetahui seberapa besar koefiensi korelasi
antar variable-variable tersebut dengan menggunakan rumus Pearson product
Moment. Selanjutnya, pengujian keberartian koefisiensi korelasi dilakukan
dengan menggunakan teknik uji-t, dan untuk menghitung besarnya kontribusi
variable bebas terhadap variable terikat dapat diketahui dengan menghitung
besarnya koefisien determinasinya yang dilakukan dengan mengkuadratkan jumlah
masing-masing.
Analisis korelasi dan
regresi ganda dilakukan untuk mengetahui seberapa besar koefisien korelasi
ganda antara variable pengetahuan awal dan penguasaan kosakata secara
bersama-sama terhadap variable membaca pemahaman. Pengaruh Parsing Strategi terhadap peningkatan Keterampilan
Membaca Pemahaman. Uji keberartian korelasi ganda dilakukan dengan menggunakan
teknik uji-f, maksudnya adalah untuk mengetahuai keberartian korelasi dari
kedua variable bebas secara bersama-sama terhadap variable terkait. Setelah
diketahui adanya hubungan yang signifikan antara variable-variable bebes secara
bersama-sama terhadap variable terkait, dilanjutkan dengan mencari model
persamaan regresi. Selanjutnya, dilakukan analisis parsial untuk mengetahui
kontribusi murni masing-masing variable bebas terhadap variable terkait. Dalam
hal ini dicari berapa besarnya kontribusi murni pengetahuan awal terhadap
membaca pemahaman apabila variable pengetahuan awal dikontrol.
Penutup
Simpulan
Dengan memperhatikan
data hasil pengujian hipotesis dapat diungkapkan bahwa ketiga hipotesis nol
(Ho) yang diajukan dalam penelitian ini diterima dan menolak hipotesis
alternative (Ha). Hal ini menunjukkan bahwa terhadap hubungan positif antara : (1)
Pengetahuan awal dengan keterampilan membaca pemahaman; (2) penguasaan kosakata
dengan keterampilan membaca pemahaman dan (3) pengetahuan awal dan penguasaan
kosakata secara bersama-sama dengan keterampilan membaca pemahaman. Dengan
demikian, dapat dinyatakan bahwa :
(1)
Terdapat hubungan
positif antara pengetahuan awal dengan keterampilan membaca pemahaman yang
menggambarkan bahwa semakin tinggi derajat pengetahuan awal yang dimiliki
mahasiswa, semakin rendah pula derajat pengetahuan yang dimiliki mahasiswa,
semakin rendah pula derajat keterampilan membaca pemahamannya jadi, kenyataan
menunjukkan bahwa pengetahuan awal merupakan variable penting untuk
diperhatiakan dalam melakukan proses keterampilan membaca pemahaman bahasa Inggris;
(2) terdapat hubungan positif antara penguasaan kosakata dengan keterampilan
membaca pemahaman yang menggambarkan bahwa semakin tinggi derajat penguasaan
kosakata yang dimiliki mahasiswa, semakin tinggi pula derajat keterampilan
membaca pemahamannya. Sebaliknya,
semakin rendah derajat penguasaan kosakata mahasiswa, semakin rendah pula
derajat keterampilan membaca pemahamannya. Jadi, kenyataan menunjukkan bahwa
penguasaan kosakata mahasiswa merupakan variable penting untuk diperhatikan
dalam melaksanakan proses keterampilan membaca pemahaman bahasa Inggris; (3)
Terdapat hubungan positif antara pengetahuan awal dengan penguasaan kosakata
secara bersama-sama dengan keterampilan membaca pemahaman bahasa nggris, (4)
terdapat pengaruh yang signifikan parsing strategi terhadap keteampilan membaca
pemahman mahasiswa..
Temuan ini menunjukkan bahwa semakin tinggi derajat pengetahuan awal dan
pemahaman kosakata mahasiswa semakin tinggi pula derajat keterampilan membaca
pemahamannya. Sebaliknya, semakin rendah pengetahuan awal dan penguasaan
kosakata mahasiswa, dan semakin tidak efektif penerapan Parsing Strategi maka
semakin rendah pula derajat keterampilan membaca pemahamannya. Dan semakin
efektif penerapan Parsing Strategi maka semakin tinggi pula derajat
keterampilan membaca pemahaman mahasiswa. Jadi, Pengetahuan awal dan penguasaan
kosakata merupakan variable-variable penting untuk diperhatikan dalam melakukan
proses membaca pemahaman bahasa Inggris. Oleh karena itu . dapat dikemukakan
bahwa peningkatan keterampilan membaca pemahaman dalam bahasa Inggris dapat
dilaksanakan melalui upaya-upaya peningkatan pengetahuan awal dan penguasaan
kosakata serta Implementasi Parsing Strategi yang efektif dapat meningkatkan
keterampilan membaca pemahaman. Upaya peningkatan ketiga variable itu menjadi
bagian penting dalam upaya meningkatkan keterampilan membaca pemahaman bahasa Inggris.
Saran – Saran
Saran-saran yang dikemukakan
berdasarkan hasil penelitian ada tiga. Pertama, sebaiknya para mahasiswa lebih intensif
memahami pengetahuan jurusannya agar menjadi pengetahuan awal yang baik bagi
peningkatan kemampuan khususnya dalam kemampuan membaca dan memahami wacana
bahasa Inggris. Selain itu mahasiswa tidak hanya membaca wacana yang diwajibkan
oleh dosen, melainkan juga mengadakan perbandingan dengan membaca buku-buku
lain. Kedua, para dosen bahasa Inggris agar mengajar mahasiswa menggunakan
strategi membaca pemahaman yang dapat menolong mahasiswa dalam proses membaca
pemahaman bahasa Inggris serta menerapkan berbagai Strategi pembeljaran
diantaranya Parsing Strategi, sehingga lebih menarik minat, medorong motivasi
dan bermanfaat terhadap tugas-tugas perkuliahan serta dapat dipakai untuk melatih keterampilan
membaca pemahaman bahasa Inggris yang ekstensif. Ketiga, bagi dosen mata
kuliah di harapkan menggunakan buku-buku tertulis dalam bahasa Inggris .
Daftar Pustaka
Akhadiah,S.,Arsyad,M.G.,dan Ridwan,S.H.1990.Pembinaan
Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakrta: Erlangga.
Alderson,J.C.dan
Urquhart,A.H.1984. Reading in Foreign Language. New York:Longman.
Dallman,M.et
al.1982.The Teaching Of Reading. New york:Holt,Rinehart Add Winston.
Fromklin,
V.dan Rodman,.1983.An Introduction To Language. Great Britain: The
Chauser Press.
Grellet,F.1981.Developing
Reading Skills: A Practical Guide To Reading Comprehebsion Exercises.
Cambride: Cambride University Press.
Heilman,A.W.1981.Principles
And Practices Of Reading.Columbus,Ohio:A Bell &Howell Company.
Ives,J.,Bursuk,L.Z.
dan , Ives,S.A 1979. World Identification Techniques.Rand Mc Nally: College
Publishing Company.Elementary Grades.Boston:Allyn and Bacon.
Nida,E.A.1975.Componential
Analysis of Meaning: An Introduction to Sematic Structure. The Huge:Mounton.
Vacca,R,T.dan
Vacca,J.L.1986.Content Area Reading.Boston:Little Brown, and Company.
Langganan:
Postingan (Atom)