Kamis, 12 November 2015

PERGURUAN TINGGI DAN PROFESIONALISME TENAGA KEPENDIDIKAN (STUDI DI STAISMAN PANDEGLANG)


PERGURUAN TINGGI DAN PROFESIONALISME TENAGA KEPENDIDIKAN
(STUDI DI STAISMAN PANDEGLANG)

MASRUPI

Kecenderungan perubahan dunia pendidikan  masa mendatang selalu melibatkan kehilangan masa lalu, rutinitas, kenyamanan, dan hubungan. Dampak dari perubahan adalah pertumbuhan dan perkembangan baik yang mengarah pada hal yang positif maupun yang negatif. Bila perubahan berdampak positif maka masyarakat menjadi antusiasme, memiliki kesempatan, dapat mengalahkan tantangan, memperoleh keterampilan baru, adanya pengharagaan, memberikan kepuasan, bertambah pengalaman dan timbul minat belajar dan memberikan dorongan motivasi. Sedangkan yang berdampak negatif, maka masyarakat menjadi ketakutan, timbul kegelisahan, kehilangan kepercayaan, terserang stress, kebingungan, kehilangan teman dan jauh dari kelompok, terjadi konflik dan menimbulkan masalah bagi keluarga. Mahasiswa sebagai Agent of Change diharapkan mampu dan memiliki kompetensi untuk mengelola perubahan agar tetap maju dalam gelombang perubahan yang berkesinambungan. Tuntutan paradigma baru pelayanan pendidikan tinggi harus lebih baik,  baru, cepat, sederhana, murah,  terbuka, rasional, profesional, maju dan mandiri (better, newer, faster, simpler, cheaper, transparant, rasional, professional, develop, and independent) . 


 I.   pendahuluan


Perubahan kondisi dunia pendidikan di masa mendatang dalam bentuk kecenderungan persaingan yang makin ketat, masuknya pesaing baru dari negeri jiran baik negara berkembang maupun negara maju yang juga melaksanakan program pendidikan, berubahnya tingkat ekonomi masyarakat,  perubahan IPTEK  dengan cepat,  akan mempengaruhi secara langsung terhadap  kondisi pembangunan di Indonesia.
Bidang pendidikan kita  yang rapuh dan kurang mampu bersaing secara global akan terancam eksistensinya, dan hanya lembaga pendidikan yang memiliki keunggulan bersainglah yang dapat diharapkan akan mampu bertahan dan meraih kesuksesan.
Oleh karena itu , reformasi dunia pendidikan merupakan hal yang sangat mendesak untuk dilaksanakan dan mengidentifikasi jenis-jenis pendidikan yang dapat dijadikan unggulan di masa mendatang. Analisis yang dilakukan dengan memperhatikan semua faktor yang ada yang dapat dimanfaatkan untuk menciptakan program pendidikan yang mampu bersaing, baik lulusan yang dipasarkan di dalam negeri  maupun mencari dunia yang lebih besar.
Tampaknya  akan ada glombang besar berupa munculnya perkembangan dan tuntutan ide budaya global, seperti kemajuan pada bidang teknologi di berbagai sektor. Masyarakat sebagai Sumber Daya Manusia harus mampu menggunakan, memberdayakan, mengembangkan bahkan menciptakan bidang teknologi tersebut untuk kemaslahatan umat. Hal ini berarti bahwa perkembangan tersebut bisa dikuasai warga masyarakat  apabila warga masyarakat tersebut sudah mengikuti pendidikan yang sistematis, inovatif, dan kreatif.
            Bersamaan dengan itu perlu ditingkatkan kemampuan lulusan pendidikan  untuk dapat menghasilkan  produk unggulan bernilai tambah yang tinggi dan padat keterampilan. Dengan demikian program kegiatan pendidikan perlu untuk tetap memanfaatkan keunggulan komparatif yang dimiliki, namun bergerak menuju penciptaan keunggulan kompetitif yang dinamis.
II. Konsep Daya Saing
      Keunggulan daya saing suatu lembaga pendidikan dapat diperoleh melalui pemenuhan sifat  produk sebagai berikut:
1) Harga lebih murah;
2) Kualitas lebih baik dan diferensiasi;
3) Kualitas layanan prima (lebih cepat, baik, baru, sederhana dan murah).
Keunggulan kualitas pendidikan dapat dilihat dari sisi yang lebih luas seperti halnya citra  lembaga pendidikan, citra keandalan lulusan, pertimbangan psikologis pangsa pasar dan sebagainya.
Faktor-faktor yang dapat mendukung terciptanya keunggulan daya saing suatu program pendidikan terdiri dari banyak hal dan dapat dikelompokkan pada 4 faktor utama, yaitu:
a. Faktor kondisi dasar;
b. Faktor kondisi permintaan pasar domestik;
c. Faktor kondisi pendukung lembaga pendidikan;
d. Faktor kondisi struktur lembaga pendidikan, strategi dan persaingan
    sehat.
Faktor kondisi dasar meliputi tersedianya tenaga kependidikan dengan upah yang memadai, tersedianya peserta didik dengan estándar kompetensi dasar yang lebih baik, tersedianya sarana dan prasarana yang menguntungkan proses pembelajaran, tersedianya dana penyelenggaraan pendidikan yang murah, tersedianya teknologi pendidikan yang memadai, kondisi lingkungan dan suasana belajar yang mendukung, posisi geografis dan sebagainya.
Faktor permintaan pasar domestik ikut menentukan bentuk, kualitas serta citra lulusan bagi penyerapan tenaga kerja.
Faktor kondisi pendukung lembaga pendidikan akan sangat menentukan daya saing lembaga pendidikan tertentu melalui pasokan tenaga kerja dan jasa yang dihasilkan.
Faktor kondisi struktur lembaga pendidikan, strategi dan persaingan sehat akan memberikan pengaruh yang sangat besar bagi daya saing suatu lembaga pendidikan. Praktek  monopoli, struktur lembaga pendidikan yang tidak efisien, strategi pemasaran yang kurang sehat akan melemahkan daya saing yang dimiliki oleh lembaga pendidikan tertentu.
Perlu diingat banyak dari faktor tersebut bukan hanya pemberian dari alam begitu saja, akan tetapi harus diciptakan dan dikembangkan sendiri dengan menggunakan daya kreatifitas dan inovasi.  Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ada dua jenis faktor pendukung daya saing, yaitu yang diberikan oleh alam dan yang harus dikembangkan melalui kemampuan sumber daya manusia. Faktor kemampuan sumber daya manusia  akan lebih menonjol peranannya, terutama untuk pengembangan lembaga pendidikan dan jenis-jenis prodi atau fakultas yang tinggi kandungan teknologi pendidikannya.

III. Konsep Kemandirian Lembaga Pendidikan Tinggi
      Kegiatan yang seharusnya dilakukan oleh suatu lembaga Pendidikan tinggi secara lengkap akan meliputi banyak hal yang dimulai dari identifikasi lulusan yang dibutuhkan masyarakat, perencanaan, pelaksanaan, pendistribusian  dan pemasaran ke pemerintah, swasta dan masyarakat.
      Menurut Ginanjar Kartasasmita (1995) kemandirian bersumber dari kemampuan bangsa untuk bertahan dalam lingkungan yang berubah, baik lingkungan alam, masyarakat maupun lingkungan antarbangsa tanpa mengorbankan jatidiri. Bangsa yang mandiri adalah bangsa yang tidak perlu tergantung kepada bangsa / orang lain untuk kelangsungan hidupnya, karena memiliki ketahanan terhadap perubahan-perubahan dunia. Dalam pengertian yang lebih luas , kemandirian bukan hanya bersumber dari kemampuan untuk menjamin kelangsungan hidup tetapi juga untuk tumbuh dan berkembang dengan kekuatan sendiri.
      Jika diperlukan lebih lanjut, dapat dilihat bahwa untuk beberapa jenis perguruan tinggi di suatu negara, hanya sebagian saja dari beberapa kegiatan tersebut di atas yang dilaksanakan oleh perguruan tinggi tersebut, sedangkan kegiatan lainnya dilakukan oleh pihak lain.
      Selain itu, ada beberapa perguruan tinggi yang melakukan hampir seluruh kegiatan tersebut dan perguruan tinggi yang demikian menunjukkan bentuk kemandirian yang lebih besar.
      Berdasarkan luasnya cakupan kegiatan yang dilaksanakan  oleh suatu Perguruan Tinggi, maka terdapat 3 jenis Perguruan Tinggi sebagai berikut:
  1. Perguruan Tinggi Mandiri;
  2. Perguruan Tinggi Lisensi;
3. Perguruan Tinggi Relokasi.
      Perguruan Tinggi mandiri adalah perguruan tinggi yang memiliki merek sendiri atas lulusan yang dihasilkan, melaksanakan seluruh kegiatan pembelajaran yang dimulai dari identifikasi kebutuhan pendidikan oleh pemerintah, swasta dan masyarakat sampai dengan pemasaran lulusan.
      Menurut Ginanjar (1995) kemandirian itu dicerminkan oleh beberapa hal, antara lain:
1)    Memiliki SDM, yang tercermin dari makin banyaknya tenaga profesional yang berkualitas yang mampu memenuhi tuntutan kebutuhan dan kemajuan pembangungan.
2)    Makin kecilnya ketergantungan pada sumber pembiayaan dan modal investasi Luar Negeri seiring dengan sumber-sumber pembiayaan dalam negeri yang semakin kukuh.
3)    Memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok secara cukup dan memadai, dan / atau jika tidak memungkinkan, ketergantungan itu harus diimbangi dengan keunggulan lain agar tidak membuat kelemahan dan kerawanan.
4)    Memiliki daya tahan ekonomi terhadap perkembangan dan gejolak ekonomi dunia.
      Perguruan Tinggi Lisensi adalah Perguruan Tinggi yang melakukan kegiatan pembelajaran seperti Perguruan Tinggi Mandiri, kecuali merek lulusan yang dipasarkan masih menggunakan pemberi lisesnsi.
      Perguruan Tinggi Relokasi adalah Perguruan Tinggi yang melakukan kegiatannya hanya melaksanakan proses pembelajaran saja, sedangkan kegiatan lainnya dilakukan oleh kampus induk.
      Jika sektor pendidikan dapat dianggap sebagai sektor produktif, keempat persyaratan tersebut sangat penting dijadikan acuan untuk kemandirian dalam membangun sektor pendidikan. Untuk mewujudkan fungsi agar menghasilkan SDM yang berkualitas, pendidikan memerlukan aparatur yang profesional baik sebagai pengambil kebijakan, pemikir dan pengembang sistem, pelaksana teknis, maupun sebagai pengelola pendidikan dan tenaga kependidikan.
       Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa Lembaga Perguruan Tinggi yang dapat berkembang di suatu wilayah akan sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya kemampuan sumber daya manusia pengelola pendidikan dan tenaga kependidikan. Dalam kondisi saat ini, erat hubungannya tingkat kemampuan sumber daya manusia yang ada di suatu wilayah dengan komposisi tingkat pendidikan yang dicapai.
      Perguruan Tinggi yang mandiri memiliki hak, kebebasan serta kemampuan untuk menentukan nasib sendiri dan masa depannya secara demokratis.
           
III. Strategi Penyiapan Sumber Daya Manusia di Perguruan Tinggi

      Untuk melaksanakan pembinaan terhadap Perguruan Tinggi diperlukan sejumlah tenaga kependidikan yang berkualitas. Kuantitas dan kualitas tenaga Kependidikan tersebut diperoleh melalui jalur pendidikan, seperti diketahui pada saat ini tingkat pendidikan rata-rata tenaga kependidikan di Perguruan tinggi di daerah relatif masih rendah sehingga banyak keterbatasan dalam upaya meningkatkan kemampuan lulusannya.
      Berdasarkan Undang-undang RI Nomor.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen bahwa pada BAB II tentang kedudukan , fungsi dan Tujuan  pasal 3 Dosen mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan tinggi yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pengakuan kedudukan dosen sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan sertifikat pendidik. Dan pada pasal 5 Kedudukan dosen sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (1) berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran dosen sebagai agen pembelajaran, pengembang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, sosial budaya serta pengabdian kepada masyarakat berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.
      Selanjutnya pada BAB III prinsip profesionalitas pasal 7 ayat (1) Profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut:
  1. memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme;
  2. memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia;
  3. memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas;
  4. memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;
  5. memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan;
  6. memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja;
  7. memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat;
  8. memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan
  9. memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru dan dosen.
Tertinggalnya kemajuan pembangunan di Indonesia bila dibandingkan dengan kemajuan pembangunan di negara lain adalah karena ketidak sesuaian antara kualitas lulusan sarjana dan pasca sarjana dengan kebutuhan pemerintah, swasta dan masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah melakukan peningkatan kemampuan penguasaan IPTEK dan IMTAQ oleh masyarakat.
            Peningkatan mutu pendidikan tinggi, khususnya upaya memperkuat kemampuan bangsa Indonesia menguasai IPTEK dan memiliki IMTAQ yang kokoh dalam rangka menunjang pengembangan industri Indonesia di masa mendatang adalah sama pentingnya dengan upaya penuntasan Wajib Belajar, penuntasa Buta Aksara, pengentasan kemiskinan, peningkatan mutu pendidikan dan pelatihan.
            Saat ini Indonesia terkesan telah memiliki cukup kemampuan menampung mahasiswa di Perguruan Tinggi negeri maupun swasta, sudah tiba saatnya bagi kita untuk lebih menekankan bukan hanya pada pemerataan untuk memperoleh pendidikan dan akses pendidikan akan tetapi juga pada peningkatan mutu pendidikan, pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan langsung oleh perguruan tinggi. Alasannya adalah bahwa pada akhirnya perluasan dan perkembangan sistem pendidikan tinggi akan sangat bergantung pada kualitas lulusannya.
            Mutu pendidikan tinggi sangat bergantung pada mutu pendidikan, penelitian dan pengabdian yang dihasilkan. Khususnya pada jenjang pasca sarjana, lebih dari itu mutu pendidkan tinggi harus dipandang dari sisi mutu lulusan dengan seperangkat kemampuannya dalam mengembangkan dan menerapkan IPTEK dan IMTAQ dalam berbagai bidang kehidupan.

IV. Peningkatan Kualitas dan Relevansi Perdidikan Tinggi
            Seiring dengan upaya peningkatan Kualitas SDM  melalui konsolidasi dan perbaikan kualitas pendidikan tinggi, maka perlu dilakukan suatu peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan tinggi sehinga pemenuhan kebutuhan SDM untuk pembangunan bidang unggulan dapat tercapai.
            Peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan tinggi melalui 6 (enam) komponen sebagai berikut:
1). Standar akademik, yang meliputi tingkat kesesuaian mata kuliah dengan kemampuan yang diharapkan, kemutakhiran dan relevansi kurikulum dan tujuan pencapaiannya.
2). Kualitas proses pembelajaran yang meliputi kualitas dan motivasi tenaga kependidikan, efektifitas proses pembelajaran, manajemen perkuliahan, kemampuan mahasiswa dalam hal pengetauan, pengertian dan kompetensi.
3). Kualitas dukungan oleh infrastruktur administratif terhadap kelancaran kegiatan akademik.
4). Kualitas keberhasilan peserta didik, baik secara formal melalui evaluasi maupun dari segi kepuasan peserta didik selama menempuh pendidikan.
5) Relevansi kegiatan penelitian dan pengabdian pada masyarakat dengan kualitas perkuliahan yang diberikan.
6). Kualitas sumber daya pendukung (material dan fisik untuk efektifitas proses pembelajaran).
     Nilai tambah yang tinggi akan diperoleh jika SDM atau pelaku pembangunan mempunyai produktivitas yang tinggi antara lain melalui kemampuan berinovasi dan pembangunan IPTEK dan IMTAQ. Pembentukan kemampuan inovasi dan pengembangan IPTEK dan IMTAQ harus diupayakan melalui pendidikan. Beberapa indikator kemajuan pendidikan, khususnya pendidikan tinggi dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pendidikan di Indonesia dengan negara lain. Indikator tersebut antara lain distribusi tenaga pengajar pada berbagai mata kuliah, kesesuaian antar bidang studi dengan pekerjaan, distribusi lulusan perguruan tinggi menurut bidang studi sesuai dengan daya serap pasar kerja dan kebutuhan masyarakat, hasil penelitian publikasi ilmiah, jumlah paten yang dihasilkan dan sebagainya.

V. PENUTUP
      Berdasarkan uraian terrsebut di atas, perlu diupayakan strategis dalam rangka mempersiapkan angkatan kerja untuk dapat bersaing kompeteisi global. Pendidikan sebagai salah satu unsur terpenting dalam penyiapan tersebut harus dilakukan dengan terencana, terprogram, terstruktur, terarah dan terukur sehingga pemanfaatan sumber daya pendidikan dan tenaga kependidikan akan efektif dan efisien.
      Pengendalian mutu pendidikan menyangkut dua aspek, yaitu administratif adalah pemerataan sumberdaya pendidikan, serta aspek substansi adalah pencapaian mutu lulusan. Mutu akademis pendidikan perlu dikendalikan oleh pemerintah pusat dengan mendayagunakan lembaga profesional bidang pengujian dan pengukuran dan disesuaikan dengan kondisi objektif di daerah.

Daftar Pustaka
Bambang Soehendro. 1996. Kerangka Pengembangan Pendidikan Tinggi
                    Jangka Panjang.
Boediono. 1998. Dampak Krisis Ekonomi dan Moneter terhadap
                     Pendidikan. Jakarta, Pusat Penelitian Sains dan Teknologi,
                     Lembaga Penelitian Universitas Indonesia.
Kartasasmita, Ginanjar. 1995. PeningkatanKkualitas Aparatur Negara
                     dalam Menumbuhkembangkan Kemandirian Masyarakat
                     dalam Pembangunan Nasional. Jakarta. Sespanas,
                     Lembaga Administrasi Negara, RI.
Porter, M.E. 1990. The competitive Advantage of Nation, The Free Press;
                     New York.
Undang-undang RI. Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
                    Jakarta.
















































Pengaruh, Pengetahuan Awal dan Penguasaan Kosakata serta Parsing Strategi Terhadap Keterampilan Membaca Pemahaman Mahasiswa


Pengaruh, Pengetahuan Awal dan Penguasaan Kosakata serta Parsing Strategi Terhadap Keterampilan Membaca Pemahaman Mahasiswa
Oleh : Masrupi

Pendahuluan       
           Ilmu pengetahuan sebagai sumber kekuatan para intelektual berasal dari buku. Oleh sebab itu, siapa yang ingin memiliki kekuatan tersebut harus membaca buku. Pernyataan ini mengarahkan bahwa hanya bangsa yang banyak membaca buku dapat mempunyai sumber daya manusia (SDM) berkualitas dan handal sehingga dapat mempertahankan eksistensinya serta mampu tampil sebagai pemenang dalam persaingan. Untuk membentuk SDM yang berkualitas dan handal, perlu meningkatkan kemampuan penggunaan bahasa asing dalam memperluas cakrawala berfikir ataupun memperkuat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam meningkatkan kemampuan berkomonikasi dengan masyarakat internasional. Salah satu cara untuk menguasai hal tersebut ialah melalui keterampilan membaca pemahaman dalam bahasa Inggris.
        Sampai saat ini kualitas membaca pemahaman mahasiswa masih dirasakan belum memenuhi harapan. Banyak keluhan para pengajar yang menyatakan bahwa salah satu penyebab rendahnya daya serap mahasiswa dalam pembelajaran di tunjukkan oleh rendahnya kemampuan membaca pemahaman bahasa Inggris, padahal mahasiswa adalah sosok yang harus memiliki visi dan misi kuat untuk meraih ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya. Keterampilan membaca pemahaman bahasa inggris yang rendah dipengaruhi dan ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah pengtahuan awal dan penguasaan kosakata bahasa Inggris. Secara konseptual, pengetahuan awal dan penguasaan kosakata mempunyai hubungan dengan keterampilan membaca  pemahaman bahsa inggris akan tetapi secara empiris masih harus dibuktikan dengan penelitian. Bahasa Inggris  sebagai salah satu bahasa internasional telah banyak dipakai dalam bahasa Indonesia, baik sebagai kata pinjam ataupun dipakai sebagaimana adanya untuk memperlancar komunikasi dalam bahasa Indonesia yang masih kekurangan kosakata dan istilah iptek. Hal ini terutama dilakukan oleh masyarakat golongan menengah ke atas, termasuk mahasiswa, dalam kehidupan perekonomian dan teknologi. Oleh karena itu, dalam memasuki abad ke 21 ini, Indonesia selalu  berusahan untuk terus meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang baik, terutama dalam sektor pendidikan, perdagangan, perindustrian, pertanian, dan teknologi.
         Pemakaian bahasa Inggris dalam komunikasi dapat disimak dari wacana-wacana atau pembicaran-pembicaran yang disampaikan melalui televisi atau radio, yang di dalamnya tidak jaranng terdengar istilah-istilah khusus dalam bahasa Inggris. Demikian pula istilah atau merek-merek dagang, lingkungan perumahan yang menggunkan istilah bahasa Inggris, seperti Beach Hotel, Airport,, Taksi,, Fried Chiken, Ice Cream, Green Village, Palm Court House, Laser Disk Rental, Blok M Mall, dan lain-lain. Dari kenyatan ini semakin berat tantangan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia di masa depan . Oleh karena itu, perlu peningkatan kemampuan penggunaan bahasa asing dalam memperluas cakrawala dalam  berpikir, memperkuat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta meningkatkan kemampuan berkomunikasi di dalam masyarakat interansional.
         Berdasarkan pengamatan sepintas terhadap mahasiswa  STAISMAN ( Sekolah Tinggi Agama Islam Syekh Manshur) Pandeglang Banten, salah satu penyebab rendahnya nilai membaca pemahaman bahasa Inggris mahasiswa adalah karena jarang memiliki buku-buku bacaan berbahasa Inggris walaupun telah dianjurkan oleh dosen. Bahkan banyak mahasiswa yang tidak memiliki kamus, dengan alasan mereka bukan jurusan bahasa Inggris sehingga merasa tidak perlu memilikinya.
         Hal lain yang merupakan penyebab rendahnya mutu membaca pemahaman adalah rendahnya budaya baca. Padahal budaya baca yang tinggi tidak hanya menjadi alat alih teknologi, melainkan juga membentuk kepribadian suatu bangsa. Hal ini telah dibuktikan oleh bangsa barat sampai saat ini. Misalnya, bangsa Amerika dengan memiliki budaya baca yang tinggi mengalami kemajuan dalam segala bidang. Rakyat dinegara tersebut menyadari bahwa bacaan merupakan sarana penting dalam membentuk kesadaran manusia dan masyarakat untuk mengerjakan suatu yang berguna bagi dirinya.
         Dari contoh ini generasi muda harus diberi kemampuan membaca yang dapat menjadi bekal untuk mengembangkan diri. Kemampuan dan kebiasaan membaca seharusnya telah terbentuk sejak di Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah. Oleh karena pengajaran masih ditekankan pada unsur pengetahuan kebahasaan tanpa penekanan terhadap keterampilan membaca, keterampilan ini belum tampak hasilnya. Kemampuan membaca pemahaman tidak hanya dimodali dengan pengetahuan kebahasaan, melaikan juga harus mempunyai pengetahuan tentang hal yang dibahas oleh  wacana yang sedang dibacanya.
         Bangsa Indonesia masih perlu belajar dari kemajuan Negara-negara lain terutama di bidang Iptek. Sedangkan buku-buku atau informasi tentang hal ini masih banyak yang tertulis dalam bahasa Inggris. Oleh karena itu, keterampilan membaca  pemahaman  bahasa Inggris bagi mahasiswa sebagai calon ilmuan amat diperlukan. Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional belim cukup mempunyai kata-kata yang dapat menjadi padanan istilah-istilah iptek yang memang ditemukan dan dikembangkan di Negara-negara yang memakai bahasa Inggris sebagai bahasa nasionalnya. Dengan demikian, jalan terbaik untuk menguasai ilmu tersebut ialah memiliki kemampuan membaca pemahaman wacana dalam bahasa Inggris . Hal ini juga terjadi karena mereka mengikuti perkuliahan lebih banyak dengan metode ceramah. Sehingga mereka merasa bosan dan jenuh. Oleh sebab itu untuk memotivasi belajar membaca pemahaman dosen perlu memperkenalkan berbagai metode pembelajaran, dan strategi pembelajaran diantaranya Parsing Strategi . Berdasarkan Latar Belakang Masalah tersebut di atas, penulis tertarik memilih judul ; Pengaruh  Pengetahuan Awal dan Penguasaan Kosa Kata serta Parsing Strategi terhadap Keterampilan Membaca Pemahaman Mahasiswa.

Berdasarkan masalah di atas. maka dapat ditemukan beberapa permasalan sebagai berikut:
1)    Bagaimana pengetahuan awal dapat mempengaruhi keterampilan membaca pemahaman?
2)    Bagaimana penguasaan kosa kata dapat mempengaruhi keterampilan membaca pemahaman?
3)    Bagaimana Parsing Strategi dapat mempengaruhi keterampilan membaca pemahaman?

Pengertian Keterampilan Membaca Pemahaman  (Reading Comprehension Skill)
         Kegiatan membaca pemahaman dalah salah satu dari sekian banyak kegiatan akademik yang amat menentukan keberhasilan prestasi mahasiswa. Oleh karena itu, penelitian ini dirasa perlu untuk memberikan definisi yang jelas tentang membaca pemahaman dengan mengacu kepada pendapat beberapa pakar dalam membaca pemahaman. Menurut Grellet(1981), membaca pemahaman ialah kegiatan atau proses mencari informasi yang dibuktikan oleh pembaca dari wacana secara efisien untuk mengisi kesenjangan informasi pada pembaca.
         Pembelajaran membaca pemahaman bahasa Inggris seperti juga halnya dengan pemahaman dalam bahsa Indonesia dapat dicapai dengan cara banyak membaca. Perlu pula dipahami bahwa membaca yang sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari dilakukan di luar kelas. Dilakukan di dalam kelas bila dosen ingin melihat atau mendeteksi kebiasaan salah dalam kegiatan mahasiswa membaca sehingga dapat diluruskan atau diperbaiki. Hal ini dapat pula dijadikan sebagai acara tetap untuk membahas tugas bacaan ekstensif yang akan datang atau yang telah diselesaikan.
         Sehubungan dengan kemampuan mahasiswa memahami isi bacaan ( the ability to comprehension), study tentang membaca pemahaman menurut Thorndike dalam Heilman (1981 : 238) adalah bahwa membaca sama halnya dengan berpikir . Thorndike menyatakan banwa :
The reading of a paragraph involves the same sort of organization and analysis as does thinking. It includes learning, reflection, judgment, analysis, synthesis, problem-solving, behavior, selection, inference, organization, comparison of data, determination of relationship. And critical evaluation of what is read. It is also includes attention, assoction, abstraction, generalization, comprehension, concentration, and deduction.
         Berdasarkan konsep-konsep tersebut adalah benar apa yang dinyatakan oleh Heilman (1981 : 242) bahwa :
Reading comprehension is a process of making sense of written ideas through meaningful interpretation and interaction with language. Reading comprehension is best viewed as a multifaceted process affected by several thinking and language abilities.
         Membaca pemahaman merupakan suatu proses mencari makna dari gagasan-gagasan tertulis melalui interpretasi bermakna dan interaksi dengan bahasa. Membaca pemahaman dipandang sebagai suatu proses beragam yang dipengaruhi oleh berbagai pemikiran kemampuan bahasa. Dengan demikian. Model proses pemahaman adalah : (1) pemahaman arti kata (arti harfiah); (2) pemahaman interpretasi; dan (3) pemaham kritis. Memahami gagasan-gagasan dan informasi secara eksplisit dinyatakan dalam wacana. Kemampuan-kemampuannya adalah pengetahuan tentang makna-makna kata, mengingat rincian-rincian yang dinyatakan secara langsung atau parafrase dalam kata-kata sendiri, mamahami aturan-aturan garamatikal subjek, kata kerja, kata ganti benda, kata penghubung, dan lainnya merekam ide utama yang dinyatakan secara eksplisit, dan pengetahuan tentang urutan informasi yang disajikan dalam wacana.
         Membaca pemahaman adalah proses intelektual kompleks yang melibatkan sejumlah kemampuan. Pemahaman melibatkan tingkat dalam hirarki berpikir. Semakin tinggi tingkat pemahaman pada dasarnya akan mengandung tingkat berpikir yang makin tinggi. Kemampuan membaca pemahaman meliputi empat kategori pemahaman yaitu : (1) pemahaman arti kata (literal comprehension); (2) pemahaman interpretasi (interpretative comprehension); (3) pemahaman kritis (critical comprehension); dan (4) pamahaman kreatif (creative reading) (Vacca dan Vacca ,1986).

Pengertian Pengetahuan Awal ( Prior Knowledge)
         Vacca dan vacca (1986) menyatakan bahwa struktur pengetahuan yang di bawa mahasiswa untuk belajar memiliki implikasi-implikasi penting bagi bidang isi bacaan. Kita dapat merasakan pentingnya pengetahuan awal dalam membaca dengan menimpulkan penemuan-penemuan penelitian yang dilakukan. Usaha keilmuan yang dilaksanakan di pusat studi membaca mendapatkan bantuan pengenbangan pengukuran terhadap teori skemata tentang membaca dan pemahaman bahasa. Para pembaca menggerakkan / menggiatkan struktur pengetahuan yang ada untuk menerjemahkan wacana. Pengetahuan melibatkan penyesuaian atas apa yang pembaca telah ketahui dengan informasi baru.
         Anderson et al. dalam vacca dan vacca (1986 : 149) sehubungan dengan pengetahuan awal menyatakan bahwa :
Recall and comprehension of passages which invited two schematic interpretation (wrestling versus a prison break or card-playing versus a music rehearsal) were highly related to the background knowledge of readers and /or environment in which the testing occurred. Bransford and Johnson discovered that collage student’s recall of obscure passage was increased if a statement pf the topic for the passage or a picture related to it was proceeded.
        Pengetahuan awal adalah struktur pengetahuan atau skemata yang merupakan pengalaman-pengalaman pembaca yang mewakili pengetahuan umum. Pengetahuan awal dimanfaatkan untuk menyesuaikan dengan informasi baru karena skemata tersebut belum lengkap agar dapat memahami isi bacaan yang dibacanya oleh karena itu, Dallman et all. (1982 :33) menyatakan bahwa : it is true that success in reading depends. In part, on what the raeder brings to the printed page, much significance must be attached to the body of direct and indirect experiences he has accumulated in advance of the reading.
         Klien et al. (1991 : 11) menyatakan pentingnya skemata sebagai berikut :
The concept of schema is important in reading because the schemata the rader brings to a specific piece of text determine in large measure the meaning of the text conveyed through the text’s structure, interact with the readers schemata to generate a new unique meaning of the text.
         Sementara Alderson dan Urquhart  (1984 : 54) menyatakan bahwa ada tiga fungsi skemata yaitu, (1) skemata menyediakan informasi awal sebagai basis untuk mengisi kesenjangan dalam wacana, memberi kohoresi untuk interpretasi melalui eloborasi dan imformasi; (2) Bila pembaca mempunyai pengetahuan awal dan asumsi yang berbeda dengan yang dimiliki orang lain akan mengadakan reinterpretasi terhadap informasi yang tidak jelas itu, kemudian mencocokannya dengan skematanya, lalu memutuskan penerimaan atau penolakan informasi tersebut, dan informasi yang diterima akan menjadi bagian dari skemata yang sudah ada; dan (3) Dengan membentu hubungan antara pengetahuan awal di dalam skemata dengan sesuatu dalam pesan linguistik, pembaca memonitor pemahamannya dan mengetahui apakah informasi tersebut telah dipahami atau belum.
         Jadi pengetahuan awal ( prior knowledge) adalah pengetahuan yang telah dimiliki oleh pembaca atau skemata pembaca yang meliputi pengalaman-pengalaman, pengetahuann umum, dan pengetahuan yang berhubungan dengan isi wacana yang sedang di bacanya yang digunakan pembaca untuk memahami isi wacana yang dibacanya.

Pengertian Penguasaan Kosakata (Vocabulary Mastery)
         Pembaca wacana berbahasa inggris harus menguasai kosakata yang terdapat dalam wacana yang dibacanya apabila ingin memahami wacananya. Ives et al (1979) menyatakan bahwa kosakata pada umumnya digambarkan berupa kata tunggal atau gabungan unit makna. Satu kata individual dapat terdiri dari hanya satu bagian yang bermakna, seperti kata like atau blue. Kata ini dapat terdiri dari dua atau lebih bagian yang bermakna, seperti like/li/hood”. Jadi kosakata adalah sejumlah kata dan istilah yang dimiliki sebuah bahasa. Kosakata umumnya dapat menerangkan satu unit atau dari satu unit pengertiannya. Kosakata merupakan sejumlah kekayaan kata dan istilah yang terdapat dalam bahasa. Kosakata bahasa terdiri atas kata-kata, seperti terdapat dalam kamus dan istilah-istilah.
         Menurut Lyons (1981), kosakata merupakan kata atau kelompok kata yang memiliki makna tertentu. Cruse (1986) menyatakan bahwa dalam membatasi kosakata, ada baiknya memberi perhatian pada dua ciri konstan dan umum tentang kosakata, yaitu : (1) suatu kata merupakan elemen terkecil tertentu dari satu kalimat yang memiliki mobilitas posisi elemen terkecil yang dapat dipindahkan dikelilingi tampa merusak tata bahasa dari kalimat ( merusak setiap pengaruh sematik) dan (2) kosakata adalah seperangkat leksem termasuk di dalamnya kata tunggal, kata majemuk, dan idiom.
         Sementara itu, fromklin dan Rodman (1983) menyatakan bahwa kosakata merupakan keseluruhan kekayaan kata tungggal, kata majemuk, dan idiom karena memahami morfem, kata-kata tunggal kata-kata majemuk, dan maknanya. Lebih dari itu terdapat frase-frase tetap, mengandung lebih dari satu kata, dengan makna yang tidak dapat disimpulkan dengan memahami makna dari kata-kata itu secara individu. Beberapa ungkapan di sebut idioms. Semua bahasa mengandung banyak frase idiometik. Idiom sama dalam struktur pada frase-frase biasa kecuali kalau idiom itu cenderung dimasukan dalam bentuk dan tidak siap masuk ke dalam kombinasi-kombinasi lain atau mengarah urutan kata itu agar berubah. Idiom merupakan gabungan dua kata atau lebih atau ungkapan yang membentuk makana baru yang tidak dapat diterangkan secara gramatikal,tetapi sudah lazim dipakai oleh penutur asli bahasa tersebut.
         Bentuk kata dalam bahasa inggris dibagi menjadi dua Menurut Lyons (1981 :47)  , The world- from of English,like the world-forms of most language. Can be put into two classes. One class consists of full forms like man, came , green, badly, the other of empty forms like the, of,and, to, and, if . Adapun makna kata atau sematik adalah telaah makna . Makna, arti, atau maksud suatu kata misalnya mengetahui lafal dan maknanya. Bermakna mengandung arti yang dalam/penting. Dengan demikian, kuantitas dan kualitas penguasaan kosakata penting bagi seseorang dalam memahami ide dan pemikiran, terutama dalam membaca pemahaman. Kosakata memegang peranan penting dalam kegiatan membaca pemahaman. Jadi kemampuan kosakata
berarti kemampuan memahami/ menguasai sejumlah kosakata bahasa inggris untuk dapat memahami dengan baik wacana yang di bacanya.
         Sehubungan dengan pemahaman terhadap makna kata tersebut Akhadiah et al. (1990) mengemukakan bahwa kita harus menguasai kata-kata yang sesuai untuk mendukung gagasan. Ini berarti bahwa kita harus mampu memilik kata dan istilah yang tepat, sehingga gagasan dapat di pahami oleh pembaca dengan tepat kata-kata itu harus dirangsang menjadi kalimat-kalimat yang efektif.Selanjutnya, kalimat-kalimat harus disusun menjadi paragraf-paragraf yang memenuhi persyaratan.
         Dari pendapat ini, dapat dikatakan bahwa penguasaan kosakata merupakan kemampuan seseorang tentang kosakata dalam bahasa tertentu yang menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kegiatan berkomunikasi atau berinteraksi, terutama yang menggunakan sarana tulisan. Dalam hal ini seseorang tidak hanya dituntut untuk memiliki kata yang banyak, seperti kata benda, kata sifat, dan kata kerja, melainkan juga harus mengetahui perbedaan rasa tentang makna yang dimiliki dalam kata tersebut. Nida (1975) setidak-tidaknya mengidentifikasi empat model atau cara berrelasinya mankna unit-unit leksikal suatu bahasa yaitu: (1) inklusi , yang secara umum di kenal sebagai relasi makna yang bersifat hiponimik ; (2) tumpang tindih atau overlapping, yang secara umum dikenal sebagai relasi makna sinonimik; (3) relasi keberlawanan arti ( the oppositeness of meaning ) , dan (4) relasi kontingu.
         Dari pendapat-pendapat para ahli kosakata tersebut dapat disimpulkan bahwa penguasaaan kosakata merupakan kemampuan seseorang tentang kosakata dalam bahasa tertentu, baik yang bersifat aktif-produktif maupun yang bersifat pasif-produktif. Penguasaan ini meliputi kemampuan dalam memahami dan menggunakan unsur-unsur kosakata, yaitu: (1) kata-kata mumu (content words); (2) kata-kata pembentuk struktur (structure words);  (3) sinonim; (4) antonim; (5) ungkapan (idiom); (6) istilah (expression). Kata merupakam unit terkecil dalam bahasa yang memiliki arti sehingga jika ditinjau dari struktur leksikalnya, kata tersebut harus dipandang sebagai sebuah jaringan relasi makna; relasi itu berwujud sinonim dan antonim. Semantara itu ungkapan disamakan dengan idiom. Yaitu pola-pola struktual yang menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa yang umum biasanya berbentuk frasa, yang artinya tidak dapat diterangkan secara logis atau gramatikal. Sedangkan istilah merupakan kata atau gabungan kata yang dengan cermat menguangkapkan makna, proses , keadaan , atau sifat yang khas dalam bidang tertentu.

Pengertian Parsing Strategy
            Menurut Yule (1996:153) that basically process of working from left to right along incoming English sentences, creating an analysis of syntax structure and predicting what elemens will come next. Parsing strategi pada dasarnya adalah proses bekerja dari kiri ke kanan sepanjang dalam kalimat bahasa Inggris, melakukan suatu analisis terhadap struktur kalimat dan memperkirakan elemen-elemen apa yang akan muncul kemudian. Sedangkan White (1987:153) menyatakan bahwa Parsing Strategy is required at any different levels; phonetic, phonology, morphology, syntactic and semantic. Parsing strategi dibutuhkan pada beberapa level; seperti ponetik, ponologi, morfologi, sintaksis dan semantic. Kemudian White (1987a) menyatakan bahwa the ideas is that language leaner attempts to parse the input on the basis of the exiting grammar. Parsing is a cognitive process and takes up portion of the limited capacity of  working memory during sentence comprehension. A number of different types of parser have been developed, but a brief description of one very elementary version should serve to illustrate the basic processes involved in analyzing  a simple sentence.
Contohnya :
My brother is watching television and my mother is cooking in the kitchen, I am doing my homework.

Dalam sebuah struktur sederhana dari parsing strategi:
My brother is watching television
      S               V                O
My mother is cooking in the kitchen
      S                V           Ad. Place
I am doing my homework
S      V               O

Tujuan
         Secara umum ini bertujuan untuk menemukan apakah faktor-faktor pengetahuan awal dan penguasan kosakata pembaca berperan secara berurutan dalam keberhasilan membaca pemahaman mahasiswa, dan manakah diantara fakator-faktor tersebut yang paling menentukan dalam membaca pemahaman bahasa Inggris oleh mahasiswa STAISMAN Pandeglang Banten. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data tentang : (1) pengetahuan awal; (2) penguasaan kosakata; (3) membaca pemahaman bahasa Inggris mahasiswa. Dengan demikian, secara operasional penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data mengenai : (1) hubungan antara pengetahual awal dengan membaca pemahaman bahasa Inggris; (2) Hubungan antara penguasaan kosakata dengan membaca pamahaman bahasa inggris dan (3) hubungan antara pengetahuan awal dan penguasaan kosakata secara bersama-sama dengan membaca pemahaman bahasa Inggris, (4) Pengaruh Parsing strategi terhadap membaca pemahaman Bahasa Inggris.



Manfaat
         Dengan ini diharapkan dapat diperoleh informasi tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman mahasiswa. Informasi-informasi ini penting diketahui karena selama ini kemampuan membaca pemahaman mahasiswa kurang memadai sehingga perlu upaya untuk meningkatkan hal tersebut. Selain itu, melalui penelitian ini akan diperoleh informasi tentang keterkaitan antara pengetahuan awal dan penguasaan kosakata dengan keterampilan membaca pemahaman. Pengaruh Parsing Strategi terhadap keterampilan membaca pemahaman. Keterkaitan atau interaksi ini sangat bermanfaat bagi upaya peningkatan keterampilan membaca pemahaman untuk mahasiswa.

Metode Penelitian
         Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif dalam bentuk survey dengan teknik korelasional. Dalam penelitian ini  dikenakan perlakuan apa pun terhadap responden, selain diberikan tes untuk memperoleh skor/nilai membaca pemahaman, pengetahuan awal, dan penguasaan kosakata juga ada Perlakuan dengan menggunakan Parsing Strategi untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman mahasiswa. Dengan demikian, nilai yang dianalisis dalam penelitian ini hanya menggambarkan apa yang telah dimiliki mahasiswa dan dianalisis juga pengaruh  Parsing Strategi terhadap peningkatan keterampilan membaca pemahaman Mahasiswa.

Subjek Penelitian
Populasi
         Populasi dalam sasaran  penelitian ini adalah semua mahasiswa yang ada di STAISMAN Pandeglang masing-masing kelas mempelajari bahasa Inggris yang sama berdasarkan kurikulum dari dua dosen yang berbeda.
Sampel
         Sampel penelitian ini ditentukan dengan teknik Simple random Sampling. Sampel. Sampel diambil secara acak sebanyak 60 orang mahasiswa. Uji coba instrumen dilakukan terhadap 15 orang mahasiswa .

Teknik Pengumpulan Data
         Untuk mendapatkan data, dalam penelitian ini dikembangkan instrument sesuai dengan variable penelitian. Imstrument tersebut terdiri dari instrument sebelum uji coba instrument setelah uji coba. Instrument sebelum uji coba untuk membaca pemahaman memiliki sebanyak 58 butir soal, pengetahuan awal sebanyak 30 butir soal, dan penguasaan kosakata sebanyak 50 butir soal.

Teknik Analisis Data
         Analisis data dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Teknik yang digunakan adalah analisis korelasi dan regresi, yaitu analisis korelasi yang sederhana , korelasi jamak, dan analisis parsial. Analisis korelasi sederhana digunakan untuk mrelihat hubungan antara variable pengetahuan awal dengan membaca pemahaman dan hubungan antara variable penguasaan kosakata dengan dengan membaca pemahaman. Pengaruh Parsing  Strategi terhadap peningkatan keterampilan membaca pemahaman. Tujuan mencari korelasi ini adalah untuk mengetahui seberapa besar koefiensi korelasi antar variable-variable tersebut dengan menggunakan rumus Pearson product Moment. Selanjutnya, pengujian keberartian koefisiensi korelasi dilakukan dengan menggunakan teknik uji-t, dan untuk menghitung besarnya kontribusi variable bebas terhadap variable terikat dapat diketahui dengan menghitung besarnya koefisien determinasinya yang dilakukan dengan mengkuadratkan jumlah masing-masing.
         Analisis korelasi dan regresi ganda dilakukan untuk mengetahui seberapa besar koefisien korelasi ganda antara variable pengetahuan awal dan penguasaan kosakata secara bersama-sama terhadap variable membaca pemahaman. Pengaruh Parsing  Strategi terhadap peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman. Uji keberartian korelasi ganda dilakukan dengan menggunakan teknik uji-f, maksudnya adalah untuk mengetahuai keberartian korelasi dari kedua variable bebas secara bersama-sama terhadap variable terkait. Setelah diketahui adanya hubungan yang signifikan antara variable-variable bebes secara bersama-sama terhadap variable terkait, dilanjutkan dengan mencari model persamaan regresi. Selanjutnya, dilakukan analisis parsial untuk mengetahui kontribusi murni masing-masing variable bebas terhadap variable terkait. Dalam hal ini dicari berapa besarnya kontribusi murni pengetahuan awal terhadap membaca pemahaman apabila variable pengetahuan awal dikontrol.

Penutup
Simpulan
         Dengan memperhatikan data hasil pengujian hipotesis dapat diungkapkan bahwa ketiga hipotesis nol (Ho) yang diajukan dalam penelitian ini diterima dan menolak hipotesis alternative (Ha). Hal ini menunjukkan bahwa terhadap hubungan positif antara : (1) Pengetahuan awal dengan keterampilan membaca pemahaman; (2) penguasaan kosakata dengan keterampilan membaca pemahaman dan (3) pengetahuan awal dan penguasaan kosakata secara bersama-sama dengan keterampilan membaca pemahaman. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa :
(1)  Terdapat hubungan positif antara pengetahuan awal dengan keterampilan membaca pemahaman yang menggambarkan bahwa semakin tinggi derajat pengetahuan awal yang dimiliki mahasiswa, semakin rendah pula derajat pengetahuan yang dimiliki mahasiswa, semakin rendah pula derajat keterampilan membaca pemahamannya jadi, kenyataan menunjukkan bahwa pengetahuan awal merupakan variable penting untuk diperhatiakan dalam melakukan proses keterampilan membaca pemahaman bahasa Inggris; (2) terdapat hubungan positif antara penguasaan kosakata dengan keterampilan membaca pemahaman yang menggambarkan bahwa semakin tinggi derajat penguasaan kosakata yang dimiliki mahasiswa, semakin tinggi pula derajat keterampilan membaca pemahamannya. Sebaliknya, semakin rendah derajat penguasaan kosakata mahasiswa, semakin rendah pula derajat keterampilan membaca pemahamannya. Jadi, kenyataan menunjukkan bahwa penguasaan kosakata mahasiswa merupakan variable penting untuk diperhatikan dalam melaksanakan proses keterampilan membaca pemahaman bahasa Inggris; (3) Terdapat hubungan positif antara pengetahuan awal dengan penguasaan kosakata secara bersama-sama dengan keterampilan membaca pemahaman bahasa nggris, (4) terdapat pengaruh yang signifikan parsing strategi terhadap keteampilan membaca pemahman mahasiswa..

         Temuan ini menunjukkan bahwa semakin tinggi derajat pengetahuan awal dan pemahaman kosakata mahasiswa semakin tinggi pula derajat keterampilan membaca pemahamannya. Sebaliknya, semakin rendah pengetahuan awal dan penguasaan kosakata mahasiswa, dan semakin tidak efektif penerapan Parsing Strategi maka semakin rendah pula derajat keterampilan membaca pemahamannya. Dan semakin efektif penerapan Parsing Strategi maka semakin tinggi pula derajat keterampilan membaca pemahaman mahasiswa. Jadi, Pengetahuan awal dan penguasaan kosakata merupakan variable-variable penting untuk diperhatikan dalam melakukan proses membaca pemahaman bahasa Inggris. Oleh karena itu . dapat dikemukakan bahwa peningkatan keterampilan membaca pemahaman dalam bahasa Inggris dapat dilaksanakan melalui upaya-upaya peningkatan pengetahuan awal dan penguasaan kosakata serta Implementasi Parsing Strategi yang efektif dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman. Upaya peningkatan ketiga variable itu menjadi bagian penting dalam upaya meningkatkan keterampilan membaca pemahaman bahasa Inggris.

Saran – Saran
         Saran-saran yang dikemukakan berdasarkan hasil penelitian ada tiga. Pertama,  sebaiknya para mahasiswa lebih intensif memahami pengetahuan jurusannya agar menjadi pengetahuan awal yang baik bagi peningkatan kemampuan khususnya dalam kemampuan membaca dan memahami wacana bahasa Inggris. Selain itu mahasiswa tidak hanya membaca wacana yang diwajibkan oleh dosen, melainkan juga mengadakan perbandingan dengan membaca buku-buku lain. Kedua, para dosen bahasa Inggris agar mengajar mahasiswa menggunakan strategi membaca pemahaman yang dapat menolong mahasiswa dalam proses membaca pemahaman bahasa Inggris serta menerapkan berbagai Strategi pembeljaran diantaranya Parsing Strategi, sehingga lebih menarik minat, medorong motivasi dan bermanfaat terhadap tugas-tugas perkuliahan serta  dapat dipakai untuk melatih keterampilan membaca pemahaman bahasa Inggris yang ekstensif. Ketiga, bagi dosen mata kuliah di harapkan menggunakan buku-buku tertulis dalam bahasa Inggris .


Daftar Pustaka
Akhadiah,S.,Arsyad,M.G.,dan Ridwan,S.H.1990.Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakrta: Erlangga.
Alderson,J.C.dan Urquhart,A.H.1984. Reading in Foreign Language. New York:Longman.
Dallman,M.et al.1982.The Teaching Of Reading. New york:Holt,Rinehart Add Winston.
Fromklin, V.dan Rodman,.1983.An Introduction To Language. Great Britain: The Chauser Press.
Grellet,F.1981.Developing Reading Skills: A Practical Guide To Reading Comprehebsion Exercises. Cambride: Cambride University Press.
Heilman,A.W.1981.Principles And Practices Of Reading.Columbus,Ohio:A Bell &Howell Company.
Ives,J.,Bursuk,L.Z. dan , Ives,S.A 1979. World Identification Techniques.Rand Mc Nally: College Publishing Company.Elementary Grades.Boston:Allyn and Bacon.
Nida,E.A.1975.Componential Analysis of Meaning: An Introduction to Sematic Structure. The Huge:Mounton.
Vacca,R,T.dan Vacca,J.L.1986.Content Area Reading.Boston:Little Brown, and Company.